Pasar PE film impor Asia Tenggara mengalami kenaikan harga pertama sejak Oktober

Pasar PE film impor Asia Tenggara mengalami kenaikan harga pertama sejak Oktober minggu ini. Produsen berupaya menaikkan harga di tengah berkurangnya ketersediaan, baik secara regional maupun dari Timur Tengah, di samping biaya minyak mentah yang lebih tinggi. Hal ini terjadi meskipun permintaan terus melemah dari pembeli hilir.

Pemulihan harga PE film yang telah lama ditunggu-tunggu

Menurut data Indeks Harga ChemOrbis, pasar film PE di kawasan tersebut telah membalikkan tren penurunannya untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan. Harga rata-rata mingguan untuk film LDPE pulih dari level terendah sejak awal Mei, sementara harga film LLDPE pulih dari level terendah lebih dari satu tahun. Demikian pula, harga film HDPE naik dari titik tengah terendah sejak Juli 2020.

Penilaian terbaru menunjukkan harga film LDPE meningkat sebesar $20/ton, sementara harga film HDPE naik $10-20/ton dibandingkan minggu sebelumnya. Harga film LLDPE dinilai stabil hingga $20/ton lebih tinggi.

Para pelaku pasar mengaitkan kenaikan ini dengan pengurangan pasokan serta kenaikan biaya yang didorong oleh harga minyak mentah yang naik tajam dan kekhawatiran yang terus berlanjut atas margin keuntungan produsen.

Alokasi yang lebih rendah dari Timur Tengah

Di sisi pasokan, para pelaku pasar mencatat pengurangan alokasi dari beberapa produsen utama Timur Tengah sebagai faktor utama dalam kenaikan harga. Namun, pembeli sebagian besar tetap berhati-hati, yang mencerminkan rendahnya permintaan untuk produk akhir mereka.

“Beberapa pembeli memiliki kekhawatiran atas potensi tren naik setelah Tahun Baru Imlek, terutama untuk kelas film LLDPE. Jadi, permintaan untuk LLDPE lebih baik sekarang dibandingkan dengan polimer lain, dan ini telah mendorong beberapa kenaikan dari produsen utama Timur Tengah. Di sisi lain, penawaran impor Malaysia lebih rendah dari bulan lalu, karena mereka tidak dapat menjual stok mereka lebih awal. Tingkat kesepakatan untuk penawaran Malaysia tetap tidak berubah, meskipun pembeli volume besar mungkin menegosiasikan diskon tambahan,” pendapat seorang pedagang Vietnam.

Pedagang Vietnam lainnya juga menunjuk pada pengurangan alokasi dari produsen utama Timur Tengah karena dilaporkan adanya force major di empat pabrik mereka. “Pasokan LLDPE sangat ketat, dan kami belum mendengar tentang kembalinya operasi normal mereka,” kata pedagang tersebut. Namun, pedagang tersebut menambahkan bahwa harga produsen utama terlalu tinggi untuk diterima. “Kami mencari sumber dari penjual asal lain, sumber daya ekspor ulang, atau pemasok dalam negeri untuk menutupi kekurangan.”

Sementara itu, di Vietnam dan Malaysia, beberapa produsen PE utama mengalami penutupan yang juga memengaruhi pasokan ke wilayah tersebut.

Kelemahan permintaan memberikan tekanan balik pada faktor-faktor yang menguntungkan

Permintaan secara keseluruhan di wilayah tersebut tetap lemah, dengan pembeli membatasi pembelian untuk kebutuhan mendesak. Seorang sumber dari produsen Malaysia mencatat aktivitas perdagangan yang rendah: “Sulit untuk menaikkan harga karena pembeli sangat resistan. Mereka tidak terburu-buru untuk membangun inventaris, dan pelanggan mereka memesan lebih sedikit dari sebelumnya. Bahan sisa dari pembelian akhir tahun menambah kehati-hatian. Meskipun harga dikutip lebih tinggi, hanya ada sedikit minat untuk membeli di muka.”

Sumber tersebut juga menyebutkan bahwa lini produksi LDPE mereka telah kembali ke tingkat normal setelah gangguan bulan lalu.

Seorang pedagang Singapura berkomentar, “Permintaan regional rendah, dan para konverter menahan pembelian. Ada kebuntuan antara produsen dan pembeli, jadi mungkin perlu waktu agar harga naik signifikan lagi.” Pedagang Singapura lainnya menambahkan, “Pembeli hilir masih enggan membangun inventaris, dan tingkat operasi pabrik tetap rendah. Harga kemungkinan akan tetap berada dalam kisaran saat ini untuk saat ini.”